Hidup Itu Indah

5.9.09 by curie loho

Sebab aku yakin, bahwa [apapun] tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. —Roma 8:38-39

Bacaan Untuk Setahun: Mazmur 146-147, 1 Korintus 15:1-28



Ketika berbelanja di tempat wisata terdekat, saya masuk ke toko kecil yang menjual pakaian dan sejumlah barang yang semuanya ditandai dengan slogan "Hidup itu Indah" Terkadang kita perlu diingatkan tentang kebenaran yang sederhana itu. Ketika kegiatan mencari nafkah, menghidupi keluarga, menjaga kesehatan dan kebugaran, dan menjalin relasi mulai menguasai kita, ada baiknya kita menyadari betapa kecilnya peranan kita di alam semesta ini. Ketika kita begitu terobsesi dengan pekerjaan kita, Allah mengerjakan pekerjaan-Nya tanpa sepengetahuan kita. Dia membuat bumi berputar, planet-planet beredar, dan musim berganti. Tanpa satu pun bantuan dari kita, Allah membuat matahari terbit setiap pagi dan tenggelam setiap senja. Setiap malam Allah mengubah pola cahaya malam di langit. Allah memadamkan cahaya, agar kita dapat tidur, dan menghidupkannya kembali, sehingga kita dapat bekerja dan bermain kembali. Tanpa mengeluarkan usaha, kita dapat menikmati terbitnya dan terbenamnya matahari. Setiap tahun, musim berganti sesuai jadwal. Kita tidak perlu mendoakan hal itu atau memberitahu Allah bahwa sudah waktunya untuk mengirimkan musim semi. Semua yang dikerjakan-Nya mengingatkan kita bahwa Allah itu baik (Kis. 14:17).
Hidup terkadang begitu sulit, sering menyakitkan, dan ada cela di sana-sini. Namun, hidup itu tetap indah, karena meskipun di dalam kesulitan, tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah yang melimpah (Rm. 8:39). —JAL
Terima kasih, Bapa yang baik, untuk pemberian hidup yang indah.
Ampuni aku karena memperumit hidupku maupun orang lain.
Aku bersyukur dan memuji-Mu atas semua yang Kaulakukan
sehingga Aku dapat menikmati demikian banyak hal. Amin.


Anugerah Allah tak terukur. Belas kasih-Nya tak pernah berkesudahan. Damai sejahtera-Nya tak terlukiskan.
Posted in Labels: , | 0 Comments »

Belajar dari Francis Assisi

4.9.09 by curie loho
(Perjumpaan Kristen dan Islam Menyelami Kasih Tuhan)


Tahun 1912, Francis Assisi mengadakan perjalanan ke tanah suci untuk menginjili umat Islam. Francis Assisi mengalami permasalahan yang berat. Angkatan perang yang besar dari umat Kristen telah tiba di Mesir untuk menyerang umat Islam. Umat Kristen berada di tengah kemelut “Perang Salib” melawan Turki. Mereka membunuh banyak umat Islam. Francis melihat benyak sekali yang kelaparan, anak-anak mati. Lantas ia berpikir bagaimana untuk menghentikan pembantaian ini?


Lantas ia memutuskan untuk menghadap Kardinal Pelagius, pemimpin umat Katolik di daerah itu sekaligus panglima perang Kristen. Ia memohon kepada Kardinal agar menghentikan peperangan. Francis mengetakan bahwa banyak orang yang mati. Dan mereka mati karena ulah umat Kristen. Tapi Kardinal itu tidak mau mendengarkan. Ia mengatakan: “Kita membunuh orang-orang ini untuk tujuan yang baik. Kita harus menaklukkan mereka agar gereja kita memiliki kuasa. Ketika gereja kita berkuasa, maka kita akan mampu menaklukkan iblis.” Namun Francis menjawab: “Tuhan Yesus tidak pernah berjuang untuk kuasa dunia. Allah justru mempergunakan kaum lemah, bukan orang yang berkuasa.” Kardinal itu merasa tersinggung lantas mengusir Francis dari tempat itu.


Karena ditolak oleh panglima Kristen, Francis bertekad menjumpai Sultan Al-Kamil, panglima Muslim. Ia bermaksud untuk memohon perdamaian. Sultan tersebut adalah seorang yang bengis. Dia bertekad bahwa tidak akan ada satu pun orang Kristen yang boleh hidup di muka bumi ini. Tapi Francis tidak gentar. Ia percaya kematian itu justru akan menghantarnya tinggal bersama dengan Tuhan yang dikasihinya itu.


Dengan tenang, Francis berjalan menuju kamp musuh itu. Tidak ada seorang pun pengawal Muslim yang mempedulikannya karena tubuhnya yang kecil, compang-camping dan terlihat miskin. Ketika Francis melewati mereka, ia tersenyum dan bertanya, “Kairo? Al-Kamil? Sultan?” Para pengawal itu menertawakannya lalu menunjukkannya jalan ke istana sultan.


Ketika mendekat ke pintu gerbang, Francis melihat sultan tersebut. Sontak, Francis berteriak, “Sultan! Sultan!. Teriakannya itu mengundang perhatian sang Sultan. Lantas Sultan itu berhenti dan terlibat pembicaraan dengan Francis.


Sultan : “Apakah anda dari kamp Kristen?”


Francis: “Ya, saya adalah Kristen”


Spontan seluruh pengawal marah dan menghunus pedang mereka. Namun sultan itu segera melarangnya.


Sultan: “Hentikan! Bawa ia ke istana. Aku hendak mengetahui apa yang membawanya ke tempat ini.”


Setibanya di istana, Francis duduk di lantai di hadapan sultan.


Sultan: “Jadi, apakah anda diutus untuk membunuh saya?”


Francis: “O, tentu tidak. Saya datang ke tempat ini untuk mengakhiri pertempuran. Panglima Kristen tidak mendengarkan permintaan saya. Karena itu saya datang kepada anda.”


Sultan itu terperanjat. Tidak pernah ada kejadian seperti ini sebelumnya.


Sultan: “Siapa namamu, dan darimana asalmu?”


Francis: “Nama saya Francis, saya berasal dari kota Assisi di Italia”


Sultan: “Baik, Francis dari Assisi, apa yang kau kehendaki dari aku? Apakah kau menghendaki aku untuk menyerahkan Mesir ke tangan musuh dan membiarkan umat Islam mati kelaparan?”


Francis: “Tentu tidak. Mesir adalah milikmu. Tapi engkau harus melakukan sesuatu untuk menghentikan peperangan.”


Sultan: “Apa itu?”


Francis: “Kau harus menjadi Kristen”


Lantas sultan itu tertawa terbahak-bahak. Ia kemudian berkata.


Sultan: “Menjadi seorang Kristen. Apakah kau tidak tahu bahwa aku menyiksa umatmu. Apakah kau tidak takut menderita?”


Francis: “Tuhan kami menderita bagi kami. Mengapa aku harus takut?”


Sultan: “Tuhanmu menderita?”


Francis: “Ya, Dia menderita agar kita mengerti. Dia menyerahkan hidup-Nya bagi kita. Itu sebabnya mengapa aku sangat mengasihi-Nya.”


Sultan: “Cukup. Tapi mengapa saya harus mengasihi Tuhanmu, sementara Ia tidak melakukan apa-apa untukku.”


Francis: (Francis menangis) “Oh, Ia melakukannya untukmu juga. Ia mengasihimu. Ia mengenalmu. Engkau adalah anak kesayangannya.


Francis berbicara dengan penuh keyakinan sehingga Sultan mulai tersadar.


Sultan: “Apa yang Tuhanmu inginkan untuk kulakukan?”


Francis: “Tidak ada, selain mengasihi Dia. Ia menginginkan kita untuk mencintai sesama kita dan membagikan apa yang kita miliki kepada sesama kita.”


Sultan: “Ah, omong kosong. Dulu kami mempunyai seorang guru yang berbicara mengenai iman, sama seperti yang kau katakan. Tapi kenyataannya, kami belum pernah menemukan seorang pun orang Kristen seperti yang kau katakan. Orang-orang Kristen adalah bengis dan jahat. Mereka berperang seperti binatang. Cerita mengenai imanmu itu tidaklah benar.”


Francis: “Memang ada orang Kristen yang jahat. Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang lemah. Tapi kasih Allah tidak terbatas. Melalui Dia, orang yang paling jahat sekalipun dapat menjadi kudus. Ini hanya dapat kita temukan di dalam Kekristenan.”


Sultan itu menarik napas panjang.


Sultan: “Kau boleh pergi sekarang. Aku tidak akan membunuhmu. Bahkan aku akan memberikan hadiah kepadamu karena pembicaraan kita yang menarik ini. Ambil seluruh emas yang bisa kau bawa!”


Francis: “Emas! Aku tidak membutuhkan emas.”


Sultan: “Baik, ini untuk pertama kalinya aku pernah melihat seorang Kristen yang tidak menginginkan emas. Apa yang kau inginkan kalau begitu?


Francis: “Aku sangat ingin mengunjungi Yerusalem, tanah suci dimana Tuhan kami pernah hidup ketika Ia berada di dunia ini. Maukah kau mengijinkan aku kesana?”


Sultan: “Ya, aku bahkan akan mengirimkan seorang budak bersama denganmu untuk membawamu melewati perbatasan. Ingat! Budak itu adalah milikku dan kau harus mengembalikannya kepadaku.”


Francis: “Aku akan mengirimkannya kembali kepadamu.”


Francis dan seorang tawanan Kristen itu lalu meninggalkan istana Sultan itu. Beberapa hari kemudian Sultan Al-Kamil berbicara kepada pengawalnya.






Sultan: “Apakah Francis dan budak Kristen itu telah kembali?”


Pengawal: “Belum, belum, Yang Mulia!”


Sultan: “Aku pikir orang ini berbeda dari yang lainnya. Aku pikir ia adalah orang Kristen yang benar. Tapi ternyata aku salah. Mereka adalah sama semua. Semua adalah orang jahat. Tidak seorangpun menjadi orang Kristen yang benar.”


Tidak lama kemudian pengawal itu datang kembali dan bersujud.






Pengawal: “Yang Mulia, aku hanya ingin melaporkan bahwa budak itu telah kembali.”


Sultan: “Hmm, jadi Francis Assisi memegang perkataanya. Ia seorang Kristen yang benar.”


Beberapa hari kemudian, pasukan Kristen berhasil dikalahkan. Sang panglima, Kardinal Pelagius, yang pernah berharap akan kekuasaan gereja, sekarang terduduk dengan lesu di hadapan Sultan Al-Kamil.


Kardinal: “Biarkan 12 ribu pasukanku kembali.”


Sultan: “Dengar! Aku berjanji bahwa tidak akan ada seorangpun umat Kristen yang akan hidup. Aku akan membunuhmu semua. Tidak satupun perkataanmu yang dapat merubah pikiranku. Tapi beberapa hari yang lalu, seorang pria bernama Francis dari Assisi datang kepadaku dari rombonganmu. Aku sangat menghormatinya.”


Kardinal Pelagius terbelalak, ia terkejut. Ia mengingat pria kecil yang menurutnya bodoh itu.


Sultan: “Ia adalah satu-satunya orang yang perbuatannya menunjukkan bahwa imanmu adalah benar. Demi dia, dan demi permintaannya, aku akan membebaskanmu. Kamu semua boleh pergi, juga seluruh budak Kristen yang kutawan. Aku ingin Assisi mengingatku untuk selamanya.”


Kisah ini diangkat sebagai suatu refleksi bahwa kasih Tuhan yang tidak terbatas, bahkan sering bertentangan dengan nilai-nilai yang dipahami oleh masyarakat kita. Kita sering tertekan dan merasa tidak berarti ketika kita diperhadapkan dengan kelemahan dan kesalahan kita di hadapan Tuhan. Masyarakat dan nilai-nilai yang dimilikinya justru lebih sering menekan dan menindas sisi kemanusiaan kita. Ketika yang terjadi di dalam struktur kemasyarakatan kita adalah “yang menurut kita baik” dan “yang menurut kita jahat.” Pendeta, penatua, warga jemaat, kaum intelektual, dan kaum berduit dikategorikan “yang menurut kita baik”. Lalu para pelacur, korban penyalahgunaan obat-obatan, tahanan dan yang terbaring sakit, kita kategorikan jahat karena keberdosaannya maka mereka jatuh ke dalam pencobaan. Alam pikiran masyarakat dan kekristenan kita sering menyerupai pikiran Kardinal Pelagius yang hendak membangun kekuasaan di dalam gereja dan kekristenan itu. Padahal kita lupa bahwa berulangkali, Yesus mendobrak budaya dan nilai-nilai kemasyarakatan itu. Kita ingat kisah seorang pelacur yang hendak dilempari oleh orang banyak. Pelacur itu, dalam nilai-nilai kemasyarakatan di kala itu memang layak dilempari karena keberdosaannya. Namun, Yesus menjungkirbalikkan nilai-nilai dan tradisi itu. Dengan membawa suatu pesan yang sangat asing di kala itu, Yesus merubuhkan struktur kemasyarakatan yang mengikat itu. Pesan yang dibawakan Yesus sangat kontroversial: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” (Yohanes 8:7b) Semua yang mendengar terkejut lalu pergi. Di dalam hukum kemasyarakatan Yahudi, tidak akan pernah diketemukan perilaku ini. Hukum kemasyarakatan tidak pernah mengajak kita untuk melihat kelemahan kita, melainkan selalu mengundang kita untuk melihat sisi kelemahan orang lain.


Kisah ini membawa kita untuk senantiasa merenung bahwa kerajaan Tuhan justru dialamatkan kepada “kita” yang selalu merasa diri penuh kenajisan dan kotor karena hukum kemasyarakatan yang menuntut kita untuk menjadi “setengah malaikat.” Kerajaan Allah bukan wahana pembenaran diri, pengumpulan kekuasaan dan egoitas kemanusiaan kita. Kerajaan Allah adalah kumpulan kenyataan yang sering terlewatkan oleh mata dan perhatian kita. Kerajaan Allah ibarat Francis Assisi yang kurus, miskin dan compang-camping sehingga tidak terlihat oleh indera penglihatan kita. Namun di dalam kesederhanaan, keberdosaan dan ketulusan untuk menyelamatkan, bukan menghakimi, nyatalah kerajaan Allah yang sesungguhnya.






Andar Pasaribu


mahasiswa pasca sarjana di Luther Seminary, Minnesota


St. Paul, MN, 9 Maret 2006


Kisah Francis Assisi dengan Sultan Al-Kamil dikutip dari “Blessed are the Meek” by Zofia Kossak (New York: Roy, 1944)
Posted in Labels: , | 0 Comments »

My BlogList

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.